Ilmu dan Teknologi Kelautan

Ekosistem Lamun Pulau Pari

Identifikasi lamun P. Pari

Ekosistem lamun, pengambilan data ekosistem lamun menggunakan transek kuadrat 1m x 1m, dilakukan pada interval/jarak setiap 10 meter. Spesies lamun yang terdapat pada tiap-tiap transek tersebut kemudian di identifikasi dan dilakukan pencatatan. Perkirakan nilai persen penutupan lamun (tiap jenis/populasi) yang terdapat dalam transek kuadrat dan catat ke data sheet. Berikut ini adalah skema pengambilan data ekosistem lamun dan tabel yang digunakan untuk perkiraan penutupan lamun :

Skema pengambilan data ekosistem lamun
Gambar 1. Skema pengambilan data ekosistem lamun
Perkiraan luas area penutupan lamun
Gambar 2. Perkiraan luas area penutupan lamun
Pengambilan serasah lamun dilakukan pada transek yang terakhir dengan luasan area 400 cm². Pengambilan sampel diambil sampai memperoleh akar dari tiap spesies lamun tersebut. Analisis data Ekosistem Lamun menggunakan rumus sebagai berikut :


Rumus analisis data lamun
 Rumus analisis data lamun
Rumus analisis data lamun
C : Persen penutupan lamun jenis ke-i;
Mi : nilai tengah persentase dari kelas ke-i
f : frekuensi 
Pengambilan data lamun terletak di Pulau Pari. Pada pulau tersebut hanya dua spesies yang diperoleh yaitu Enhalus acaroides dan Cymodoceae serrulata. Berikut ini adalah diagram kerapatan relatif, penutupan relatif, frekuensi relatif serta INP hasil perolehan data lamun.


Diagram persentase frekuensi relatif lamun
Gambar 3. Diagram persentase frekuensi relatif lamun
Diagram Persentase Penutupan Relatif Lamun
Gambar 4. Diagram persentase penutupan relatif lamun
Diagram Persentase Frekunsi Relatif Lamun
Gambar 5. Diagram persentase frekunsi relatif lamun
Jenis- jenis lamun yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan di Pulau Pari adalah jenis Cymodoceae serrulata dan Enhalus acaroides. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dimana tiap ulangan terdiri atas lima transek kuadrat dengan interval 10 m. Umumnya pada tiap transek kuadrat hanya dijumpai komunitas tunggal saja misalnya hanya jenis Enhalus acaroides atau Cymodoceae serrulata saja. Selain itu, pada beberapa transek kuadrat juga tidak ditemukan tumbuhan lamun sama sekali. Daerah yang menjadi tempat pengamatan ini, umumnya memang jarang ditemukan komunitas lamun. Hal ini mungkin disebabkan karena kondisi fisik perairan daerah tersebut yang bersubstrat pasir kasar dan arus yang cenderung kuat sehingga menyebabkan pertumbuhan lamun pada daerah tersebut cenderung sedikit akibatnya hanya beberapa jenis lamun saja yang dapat bertahan hidup seperti Enhalus acaroides dan Cymodoceae serrulata, Menurut Hartog (1970) dalam Kiswara (1992) umumnya Cymodoceae tumbuh di daerah batas air surut terendah yang terbuka dan di perairan laut dangkal pada substrat berpasir di tempat-tempat yang terlindung seperti teluk, muara sungai, dan terumbu karang. Demikian juga dengan Enhalus yang merupakan jenis lamun yang mempunyai ukuran paling besar, dengan helaian daunnya dapat mencapai ukuran lebih dari 1 m. Lamun dengan jenis Enhalus ini tumbuh di perairan dangkal sampai kedalaman 4 m pada substrat berpasir, pasir berlumpur atau lumpur. Dengan kelimpahan yang rendah pada daerah pasang surut.

Berdasarkan hasil kerapatan yang diperoleh maka kerapatan relatif lamun tertinggi ditemukan pada line transek ke- 1 yang mencapai 100 % dengan jenis lamun Enhalus acaroides. Sementara itu penutupan lamun jenis Enhalus acaroides juga dijumpai pada line transek ke- 2 dan line transek ke- 3 masing-masing persentasinya adalah 71.42% dan 0.30%. Jenis lamun Cymodoceae serrulata ditemui pada line transek ke- 2 dan line transek ke- 3, dengan masing-masing persentasinya adalah 28.57% dan 99.69%. Mengacu pada Gambar di atas dapat diketahui bahwa lamun Enhalus acaroides secara dominan kerapatanya lebih besar daripada lamun Cymodoceae serrulata.

Pada gambar 4 terlihat secara keseluruhan luas penutupan lamun paling banyak di wilayah pengamatan ini adalah Enhalus acaroides, hal ini terlihat dari persentasi dari masing-masing transek mulai dari line transek ke- 1 sampai dengan line transek ke- 3 dengan persentasi masing-masing 100%, 94.37%, dan 0.46%. Sedangkan untuk jenis lamun Cymodoceae serrulata yang ditemui pada line transek ke- 2 dan line transek ke- 3 memiliki presentasi masing-masing adalah 5.62% dan 99.53%, begitu pula yang terjadi pada frekuensi relatif lamun yang ditunjukan pada gambar 13 dimana persentasi persentasi Enhalus acaroides dari masing-masing transek mulai dari line transek ke- 1 sampai dengan line transek ke- 3 masing-masing adalah 100%, 71.43%, dan 0.30%, Sedangkan untuk jenis lamun Cymodoceae serrulata yang ditemui pada line transek ke- 2 dan line transek ke- 3 memiliki presentasi masing-masing adalah 28.57% dan 99.69%.


Diagram INP lamun
Gambar 6. Diagram INP lamun
Secara umum nilai-nilai tersebut dirangkum menjadi nilai INP (Indeks Nilai Penting) untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Berdasarkan hasil data lamun yang diperoleh dapat diketahui bahwa pada LT 1 dan LT2 nilai INP jenis Enhalus acoroides lebih tinggi dari pada jenis Cymodoceae serrulata. INP Enhalus acoroides berkisar antara 237,2% - 300% sedangkan INP Cymodoceae serrulata 0% - 62,76%. Namun pada ulangan LT 3 jenis Cymodoceae serrulata merupakan spesies yang memiliki tingkat ekologis tertinggi atau dengan kata lain spesies ini yang paling mendominasi/mempengaruhi daerah tersebut. Terlihat dengan nilai INP yang mecapai nilai maksimum yakni 298,91%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah masing-masing jenis berbeda-beda pada tiap ulangan dimana LT 1 dan LT 2 spesies Enhalus acoroides lebih banyak sebaliknya pada LT 3 spesies Cymodoceae serrulata yang lebih banyak. Perbedaan tersebut terlihat sangat signifikan, karena perbandingan nilai INP antara kedua spesies tersebut sangat jauh berbeda. Seperti yang terlihat pada LT 1 dengan nilai INP Enhalus acoroides sebesar 300% dimana nilai ini berarti spesies tersebut memiliki tingkat jumlah tertinggi dan berarti tidak ada jenis Cymodoceae serrulata pada line transect tersebut. Nilai INP dari spesies Enhalus acoroides paling besar daripada spesies Cymodoceae serrulata sehingga spesies Enhalus acoroides memegang peranan penting dalam ekosistem wilayah tersebut.

Pada transek pengambilan serasah lamun diperoleh dua jenis lamun yaitu Enhalus acoroides dan Cymodoceae serrulata Dari kedua spesies tersebut diambil daun, akar, dan batang. Namun yang digunakan untuk perhitungan biomassa hanya daun kemudian dibersihkan dengan air dan menggunakan kertas. Apabila air pada daun sudah berkurang maka dapat ditimbang berat basah dari daun lamun sebagai berat awal yang diperoleh sebesar 2.8 gram. Daun lamun yang sudah ditimbang kemudian dibungkus dengan alumunium foil dan dikeringkan di oven selama satu hari. Setelah dikeringkan daun lamun dapat diukur berat keringnya sebagai berat akhir yang diperoleh sebesar 0.6 gram. Perhitungan dari berat kering dibagi dengan luas area diperoleh biomassa sebesar 9.6 gr/m². Hal ini berarti dalam setiap luasan 1 meter pada lahan tumbuhnya lamun, terdapat sebesar 9.6 gram daun lamun yang berpotensi sebagai penghasil oksigen, berpotensi sebagai serasah untuk diuraikan dan makanan bagi organisme herbivora. Menurut Zamroni dan Rohyani (2008) serasah pada lamun berfungsi sebagai sumber pakan biota dan unsur hara yang akan menentukan pertumbuhan lamun dan produktivitas perikanan laut. Dari pengamatan terhadap vegetasi lamun pada tiga buah line transek di wilayah Pulau Pari ditemukan dua jenis spesies lamun yaitu Enhalus acoroides dan Cymodoceae serrulata dimana Enhalus acoroides memegang peranan penting dalam ekosistem wilayah tersebut.
Ekosistem Lamun Pulau Pari categorized : Marine Biology
No comment Add a comment

Komentar dari Anda akan sangat saya hargai.

Cancel Reply
GetID